Hikmah Isra’ Mi’raj, Kedepankan Keimanan
Keluarga Besar Universitas Teknolgi Yogyakarta (UTY) menyelenggarakan peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, di Masjid Jami Kampus 1 UTY pada Sabtu 6 April 2019. Adapun tausiah disampaikan oleh Ustadz Drh. Agung Budiyanto, MP.,Ph.D.
Dalam sambutannya Rektor UTY Dr. Bambang Moertono Setiawan, MM., Akt., CA menyampaikan bahwa dalam memahami Isra’ Mi’raj tidak hanya merupakan bagian dari transformasi spiritual, tetapi juga tranformasi sosial.Menurutnya transformasi spiritual mengajarkanuntuk taat, tunduk dan patuh untuk menjalankan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah SWT.Sedangkan transformasi sosial mengajak kita semua untuk senantiasa melakukan perubahan dari kesalahan menuju kesalehan, dari kegelapan menuju terang, dan dari keterbelakangan menuju kemajuan, ungkapnya.Ia juga berdo’adan berharap semoga peringatan Isra’ Mi’raj tahun ini dapat mempertebal keimanan dan ketaqwaan seluruh keuarga besar UTY, kepada Alloh SWT dengan meyakini kebenaran atas risalah Nabi Muhammad SAW.
Mengawali tausiahnya yang bertajuk Isra’ Mi’raj Night Journey tersebut Ustadz Agung Budiyanto menyampaikan bahwa selama ini ia sering mengikuti ceramah Isra’ Mi’raj yang menceritakan pertemuan Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan Isra’ Mi’raj-nya, dengan penghuni neraka dengan berbagi kisah. Kisah-kisah tersebut selanjutnya digunakan sebagai panutan berperilaku di dunia, ungkapnya. Namun dalam tausiah di UTY tersebut Ustad Agung Budiyanto mengambil sudut pandang/perspektif Isra’ Mi’raj dalam kaitan dengan relevansi terhadap kehidupan saat ini. Menurutnya, Isra’ Mi’raj terkait dengan misteri waktu.Perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dan pejalanan dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha serta dari Masjidil Aqsha kembali ke Masjidil Haram yang dilakukan dalam waktu satu malam, menjadikan orang-orang yang ada di sekeliling Nabi Muhammad terbagi menjadi tiga kelompok.
Kelompok pertama adalah kelompok Abu Jahal yang secara terang-terangan tidak percaya dan menolak dengan perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad. Penolakan Abu Jahal dan kelompoknya, karena mereka mengedepankan logika semata. Sehingga menurut mereka perjalanan satu malam dari Masjidil haram ke Masjidil Aqsha dan dari Masjidil Aqsho ke Sidratul Muntaha, yang selanjutnya kembali ke Masjidil haram, adalah mustahil adanya. Kelompok kedua yakni kelompok Abu Thalib yang setengah percaya dan setengah tidak percaya (ragu-ragu), denganIsra’ Mi’raj tersebut.Dan kelompok ketiga adalah kelompok Abu Bakar yang meyakini 100% atas perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad. Keyakinan Abu Bakar karena keyakinan bahwa Nabi Muhammad tidak mungkin bohong.
Lebih lanjut Ustadz Agung Budiyanto menyampaikan bahwa kisah Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad merupakan ujian keimanan. Adapun implementasi pada kehidupan saat ini adalah bagaimana kita mendahulukan unsur keimanan dulu dalam melakukan ibadah. Ia menyampaikan bahwa saat ini telah berkembang orang-orang yang menjadi sombong dengan kemampuan ilmunya yang tinggi. Mereka mengedepankan logika-logika dalam beribadah. Keimanan mereka akan tumbuh setelah segala sesuatunya dapat diterima dengan logika.Padahal menurutnya, sangat banyak hal ghoib yang tidak mungkin dapat terjangkau oleh pikiran dan logika manusia. Ia mencontohkan larangan orang Islam makan daging babi. Sebagai seorang dokter hewan, ia menjelaskan jika larangan tersebut dijalankan dengan dasar logika saja, misalnya adanya cacing pita, karena makanan babi yang kotor, sulit untuk disembelih, dan sebagainya, maka logikanya dapat dimentahkan. Maka dengan berdasarkan keimanan, maka larangan itu dijauhi dengan sepenuh hati sebagai perintah Allah.
Dari uraian Peringatan Isra’ Mi’raj tersebut, Ustadz Agung Budiyanto mensarikan bahwa hikmah utama yang dapat dipetik adalah tentang bagaimana manusia dapat selalu mengedepankan keimanan dalam beribadah dan menjalani kehidupan sehari-hari.