Mahasiswa UTY Manfaatkan Bekas Lahan Tambang Batu Kapur Menjadi Smart Greenhouse

Mahasiswa UTY Manfaatkan Bekas Lahan Tambang Batu Kapur Menjadi Smart Greenhouse

Mahasiswa UTY Manfaatkan Bekas Lahan Tambang Batu Kapur Menjadi Smart Greenhouse


Jumlah lahan bekas tambang batu kapur, diketahui selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Maka dari itu, diperlukan sebuah inovasi untuk memanfaatkan lahan bekas tambang tersebut. Melalui Kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Gagasan Futuristik Konstruktif (GFK) yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI, Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY), diketahui telah mendapatkan pendanaan dari pemerintah, atas gagasan mereka mengenai pemanfaatan bekas tambang batu kapur. Tentu, gagasan tersebut dapat menjadi salah satu solusi inovatif, yang dapat digunakan dalam rangka memanfaatkan, banyaknya lahan bekas tambang batu kapur yang terbengkalai.


Adapun secara detail judul PKM GFK mahasiswa UTY, yang kemudian didanai oleh pemerintah untuk memberikan solusi atas permasalahan, mengenai lahan tambang batu kapur tersebut, ialah “Konversi Bekas Tambang Batu Kapur Sebagai Smart Greenhouse untuk Menekan Angka Kelaparan”. Ide tersebut merupakan gagasan dari tim mahasiswa UTY, yang terdiri atas 5 mahasiswa, yaitu Hendrik Andung Nurseta, Igga Amalia Mifta Huijanah, Yudha Bratama, Siti Shoofia, dan Yuvia Hani Fariana. Melalui gagasan tersebut, kelima mahasiswa ini bersama dengan dosen pembimbingnya yaitu Nanda Melyadi Putri, S.T., M. Eng, memiliki harapan dapat mengatasi permasalahan pada SDGs poin 2 yaitu, tanpa kelaparan sehingga mencapai ketahanan pangan yang baik serta meningkatkan pertanian yang berkelanjutan.


Dalam gagasan ini, komponen utama yang digunakan terdiri dari smart greenhouse, gudang, dan tempat penyimpanan air. Selain itu, dalam konsep ini akan terdapat 2 sistem pembangkit listrik yang akan digunakan, yaitu pembangkit listrik dengan memanfaatkan tenaga tekanan air hujan, dan pembangkit listrik tenaga surya. Pembangkit listrik tenaga tekanan air hujan, diketahui akan memanfaatkan teknologi tranduser piezoelectric, yang terletak pada bagian lapisan bawah atap, serta pada gudang yang atapnya terdapat pembangkit listik panel surya. Energi listrik yang dihasilkan, kemudian dapat digunakan untuk perawatan tanaman yang membutuhkan pencahayaan.


Sedangkan pada smart greenhouse yang diusulkan, diketahui juga akan menggunakan sistem teknik pemanenan air hujan dengan atap (rooftop rain water harvesting), yang dibangun untuk mengumpulkan air yang kemudian disimpan dan digunakan untuk penyiraman tanaman di greenhouse. Selain itu, smart greenhouse akan terintegrasi dengan smartphone melalui sebuah aplikasi, untuk melakukan pemantauan langsung oleh pengelola. Dengan terhubungnya ke smartphone, akan memudahkan pengelola untuk melakukan pemantauan secara langsung seperti pemantauan suhu, dan kelembapan. Aplikasi ini juga dilengkapi fitur tambahan lain, yaitu sistem penyiraman air otomatis serta sistem kontrol yang baik.


Hendrik selaku ketua tim PKM ini, menjelaskan bahwa, melalui gagasan smart greenhouse yang diusulkan ini, diharapkan dapat digunakan oleh Pemerintah, untuk memanfaatkan dengan maksimal lahan bekas tambang batu kapur yang banyak terbengkalai. Lebih lanjut, Hendrik menjelaskan bahwa, dalam rangka untuk mengimplementasikan gagasan ini, timnya akan menuangkan ide tersebut kedalam bentuk video. Video tersebut berisikan informasi detail mengenai tahapan pelaksanaan, yang meliputi pra-produksi, produksi, dan pasca produksi. Area bekas tambang batu kapur, yang berlokasi di Daerah Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, diketahui menjadi lokasi yang dipilih tim ini, saat melakukan perekaman dalam rangka membuat video atas proyek ini, pada bulan Juni kemarin.


Tidak berbeda jauh, Nanda selaku selaku dosen pendamping dari tim PKM ini, berharap dengan adanya gagasan ini, dapat menjadi dorongan bagi pemerintah untuk memanfaatkan lahan bekas tambang batu kapur melalui smart greenhouse ini. Hingga kemudian, dapat meningkatkan sektor pertanian yang berkelanjutan, serta dapat dapat mencapai ketahanan pangan yang diharapkan bersama.  


menu
menu