Tingginya Kasus Generasi Muda Yang Mengalami Kesehatan Mental, Dorong Mahasiswa Psikologi UTY Meneliti Mengenai Peran “Macapat Jawa” Untuk Mengatasi Quarter-Life Crisis Pada Individu Berusia Dewasa Awal
Quarter-Life Crisis pada umur dewasa awal, masih menjadi sebuah persoalan yang perlu segera ditangani oleh berbagai pihak, termasuk bagi Pemerintah. Adapun penyebab utama terjadinya quarter-life crisis tersebut, dikarenakan terjadinya kegagalan seorang remaja dalam beradaptasi, dari fase remaja menuju fase dewasa, yang kemudian dapat menyebabkan sejumlah masalah serius, salah satunya ialah permasalahan kesehatan mental.
Melihat permasalahan tersebut, ternyata turut mendorong sejumlah mahasiswa dari Prodi Psikologi UTY yang tergabung dalam tim PKM RSH (penerima hibah pendanaan PKM tahun 2024), untuk turut meneliti berbagai faktor potensial, yang sekiranya berpotensi untuk menjadi solusi, dalam mengatasi quarter-life crisis, yang terindikasi banyak dialami oleh masyarakat Indonesia pada usia dewasa awal.
Adapun tim mahasiswa yang dimaksud, terdiri atas 4 mahasiswa, antara lain ialah Roihatul Janah, Cessy Gamelli Balqis, Talita Dian Ciptaningrum dan Irfan Habibi. Dalam pelaksanaannya, keempat mahasiswa tersebut turut dibimbing oleh Yanies Novira Soedarmadi S.Psi., M.Psi., Psikolog, yang diketahui merupakan salah Dosen di Prodi Psikologi UTY.
Macapat Jawa Sebagai Solusi untuk Mengatasi Quarter-Life Crisis pada Dewasa Awal
Berdasarkan riset yang telah dilakukan, tim mahasiswa UTY tersebut diketahui telah melakukan sejumlah eksperimen dengan menggunakan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif untuk mengeksplorasi efektivitas dari “Macapat Jawa”, sebagai teknik mindfulness dalam upaya untuk mengatasi quarter-life crisis pada individu yang berusia pada rentang dewasa awal. Proses penelitian ini, diketahui telah dilaksanakan selama 2 bulan, bertempat di Sekolah Macapat Keraton Ngayogyarta Hadiningrat yang beralamat di Pendopo Pangurakan, Ngupasan, Kec. Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta
Adapun penelitian ini, telah mengategorikan individu pada kelompok dewasa awal, sebagai sekelompok individu yang berusia pada rentang 20 hingga 30 tahun. Kelompok usia tersebut dipilih, dikarenakan rentan mengalami sejumlah kondisi seperti stres, kecemasan akibat tekanan karier, hubungan sosial, dan masih dalam fase pencarian jati diri.
Mengacu pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh tim mahasiswa UTY tersebut, diperoleh sebuah kesimpulan bahwa “Macapat Jawa” sebagai bentuk dari mindfulness berperan untuk memberikan ketenangan dan keseimbangan emosional pada seorang individu, yang kemudian dapat membantu individu yang berusia pada kelompok dewasa awal tersebut, untuk mengatasi quarter-life crisis.
Saat dihubungi via Telepon, Roihatul sebagai salah anggota peneliti, menjelaskan bahwa Macapat Jawa memang berpotensi untuk dijadikan sebagai faktor yang dapat mengatasi quarter-life crisis, yang masih marak terjadi di kalangan masyarakat di usia dewasa awal. Dalam penelitiannya tersebut, Roihatul dan rekannya melihat bahwa macapat jawa tidak hanya dipandang sebagai bentuk sastra tradisional saja, namun ternyata juga berpotensi untuk dijadikan sebagai alat meditasi yang dapat membantu individu dalam mengelola stres dan kecemasan
“Macapat jawa, merupakan sejumlah jenis tembang tradisional jawa, yang memiliki struktur bait dan irama khas serta sering kali berisikan pesan moral dan filosofis yang mendalam, yang jika sering didengarkan maupun dilantunkan, dapat mengarahkan seorang individu untuk mencapai kondisi yang mindfulness. Dengan tercapainya kondisi mindfulness, dapat memberikan ketenangan dan keseimbangan emosional pada individu tersebut, yang kemudian secara efektif dapat menjadi solusi bagi individu tersebut dalam mengatasi quarter-life crisis, yang sedang dialaminya” ungkap Roihatul.
Mengakhiri penjelasannya, Roihatul berharap hasil dari penelitian yang telah ia lakukan bersama rekan-rekannya tersebut, kedepannya dapat memberikan sejumlah manfaat. Utamanya dapat menjadi salah satu tambahan referensi penting, mengenai literasi terkait intervensi budaya dalam bidang psikologi.
Sementara itu, Yanies selaku Dosen Pembimbing dari tim ini, turut menyampaikan apresiasinya atas keberhasilan mahasiswa bimbingannya tersebut dalam melakukan penelitian terkait peran Macapat Jawa dalam mengatasi quarter life crisis.
Menurutnya penelitian tersebut, termasuk unik, dan masih tergolong jarang dilakukan oleh berbagai penelitian terdahulu.
“Penelitian ini tergolong unik dan jarang dilakukan. Melihat besarnya potensi dan intervensi kebudayaan maupun kearifan lokal dalam mengatasi sejumlah permasalahan psikologi, dapat menjadi sebuah temuan penting, yang dapat berkontribusi dalam pengembangan keilmuan, khususnya di bidang psikologi” ucap Yanies.