Berkolaborasi Dengan Kementerian Keuangan RI, UTY Gelar Kegiatan Sosialisasi ASEAN CPA “Peluang Dan Tantangan Profesi Akuntansi Di Tingkat ASEAN Dalam Ekonomi Digital Dan Berkelanjutan”
Berkolaborasi dengan Kementerian Keuangan RI, UTY Gelar Kegiatan Sosialisasi ASEAN CPA “Peluang dan Tantangan Profesi Akuntansi di Tingkat ASEAN dalam Ekonomi Digital dan Berkelanjutan”
Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY) bekerja sama dengan Kementerian Keuangan Republik Indonesia, kemarin (1/12) sukses menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi ASEAN CPA bertajuk “Peluang dan Tantangan Profesi Akuntansi di Tingkat ASEAN dalam Ekonomi Digital dan Berkelanjutan”. Kegiatan ini di gelar secara luring, bertempat di Ruang Sidang Lantai 3, Kampus 1 UTY, Jombor, Sleman, DI. Yogyakarta.
Dalam acara ini, Rektor UTY, Dr. Bambang Moertono Setiawan, M.M., Akt., CA., hadir dan memberikan pidato pembuka (opening speech), dan dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh, Cyndi Natalia, S.H., LL.M., Analis Senior dari Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (P2PK), Kementerian Keuangan RI; Dra. Fran Sayekti, M.B.A., Akt., CA., dosen tetap Prodi Akuntansi UTY; Sandra Pracipta, S.E., Ak., CA., CPA., ASEAN CPA., Praktisi Akuntan Publik dan Ketua Institut Akuntan Publik Indonesia dan sekaligus merupakan alumni dari Prodi Akuntansi UTY. Acara ini juga dipandu oleh dosen Prodi Akuntansi UTY, Yuni Putri Yustisi, S.Ak., M.Sc.
Dalam pidato pembukanya, Rektor UTY, Dr. Bambang Moertono Setiawan, M.M., Akt., CA, menyampaikan bahwa Profesi akuntan penting, karena semua bisnis dan organisasi pasti berhubungan dengan keuangan.
“Profesi akuntan penting karena semua kegiatan bisnis dan organisasi pasti berhubungan dengan keuangan, dan memang benar bahwa fungsi akuntansi hari ini bisa digantikan dengan program komputer, tetapi pikiran dan integritas manusia tentunya tidak bisa digantikan, dan untuk itulah profesi akuntan akan tetap diperlukan kedepannya”, ucapnya.
Setelah Rektor UTY selesai menyampaikan opening speech, acara dilanjutkan dengan pemaparan materi, oleh Cyndi Natalia, S.H., LL.M, dari Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (P2PK), Kementerian Keuangan. Dalam paparannya, Cyndi menyampaikan kiat-kiat dan proses agar mahasiswa dapat meraih gelar profesi sebagai akuntan.
“Untuk bisa berprofesi sebagai akuntan, pertama harus lulus pendidikan S1, kemudian lulus ujian profesi atau sertifikasi, dan ditambah dengan memperbanyak pengalaman seperti organisasi, asosiasi, dan magang agar dapat menambah portofolio Anda”, ungkap Cyndi dalam pemaparan materinya.
Kemudian, materi dilanjutkan oleh Sandra Pracipta, S.E., Ak., CA., CPA., ASEAN CPA., yang menyampaikan materi tentang bagaimana menjadi ASEAN CPA. Sandra menjelaskan, berdasarkan Assessment Statement for ASEAN Chartered Professional Accountant (ASEAN CPA), terdapat beberapa persyaratan menjadi ASEAN CPA, di antaranya: Lulus dari pendidikan akuntansi; Memiliki professional registration certificate yang diakui dalam ASEAN CPA, yaitu CA, CPA, dan CPMA; Memiliki pengalaman praktis dibidang akuntansi minimal 3 tahun; Memenuhi kewajiban Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL); dan Memiliki keterangan bebas pelanggaran hukum, teknis atau etis.
Sandra, yang juga alumni UTY dan lulus tahun 2013 itu, melanjutkan bahwa mahasiswa juga harus memiliki persiapan dan pandai dalam membaca peluang terkait profesi yang nantinya akan ditekuni. “Saya rasa, ketika kita lulus, nanti kita harus punya batu loncatan sebagai awal dalam meniti karier selanjutnya, untuk itu penting bagi kita untuk pandai dalam melihat perkembangan dan membaca peluang”, ungkap Sandra.
Sementara itu, materi terakhir dilanjutkan oleh Dra. Fran Sayekti, M.B.A., Akt., CA., dosen Prodi Akuntansi UTY, yang menyampaikan materi terkait perkembangan profesi akuntan di tengah-tengah era digital. Menurutnya, salah satu profesi akuntan yang benar-benar tidak bisa digantikan oleh teknologi, adalah profesi akuntan sektor publik, karena di dalamnya terdapat Professional Judgement. Di mana keputusan yang tepat dalam konteks audit akuntansi di tentukan oleh penerapan pengetahuan dan pengalaman yang relevan oleh seorang akuntan.
“Jadi, yang benar-benar tidak bisa digantikan oleh program komputer adalah salah satunya ialah profesi akuntan sektor publik, karena di dalamnya terdapat Professional Judgment. Program tidak bisa memberikan itu, dan Professional Judgement datang dari penerapan pengetahuan dan pengalaman seorang akuntan”, ungkap Fran Sayekti.
Secara umum, acara kemarin berlangsung ramai dan meriah. Berbagai mahasiswa dari Prodi D3 maupun S1 Akuntansi tampak memenuhi Ruang Sidang Lantai 3. Mereka juga tampak antusias dalam mengikuti kegiatan dan aktif dalam bertanya kepada narasumber.